Pada tanggal 16 Desember 1969, sosok itu meregang nyawa. Gas beracun dari puncak gunung tertinggi di pulau Jawa mengakhiri hidupnya, sekaligus mengabulkan kebahagiannya untuk mati muda.
“Seorang filsuf Yunani pernah menulis… nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tetapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda,” itulah kata-kata yang ditulis pemuda itu di buku hariannya.
Pemuda itu, Soe Hok Gie, aktivis angkatan 66, salah satu tokoh pergerakan mahasiswa Universitas Indonesia (UI). Lewat aksi-aksinya, Gie ikut berperan menumbangkan Orde Lama, namun Gie tidak lantas mau mendukung pemerintahan Orde Baru.
Tulisan-tulisan Gie kritis menentang kebijakan Orde Baru. Gie bahkan sempat menyindir teman-temannya, sesama angkatan 66 yang duduk di DPR GR. Dia menghadiahi bedak dan pupur agar para aktivis itu bisa berdandan sehingga kelihatan lebih ‘cantik’ di depan penguasa.
Gie lebih betah menulis daripada duduk manis sebagai anggota dewan. Idealismenya memang sulit dikalahkan. Penyuka lagu Donna Donna ini lebih memilih naik gunung daripada berpolitik praktis.
Gie mencintai gunung dan alam bebas. Puisi-puisinya banyak berkisah tentang kecintaannya terhadap pendakian gunung. Di puncak gunung juga akhirnya salah satu pendiri Mapala UI ini menghadap penciptanya. Di tengah kabut tebal puncak Gunung Semeru, Gie tewas tepat sehari sebelum hari ulang tahunnya yang ke-27.
“Seorang filsuf Yunani pernah menulis… nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tetapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda,” itulah kata-kata yang ditulis pemuda itu di buku hariannya.
Pemuda itu, Soe Hok Gie, aktivis angkatan 66, salah satu tokoh pergerakan mahasiswa Universitas Indonesia (UI). Lewat aksi-aksinya, Gie ikut berperan menumbangkan Orde Lama, namun Gie tidak lantas mau mendukung pemerintahan Orde Baru.
Tulisan-tulisan Gie kritis menentang kebijakan Orde Baru. Gie bahkan sempat menyindir teman-temannya, sesama angkatan 66 yang duduk di DPR GR. Dia menghadiahi bedak dan pupur agar para aktivis itu bisa berdandan sehingga kelihatan lebih ‘cantik’ di depan penguasa.
Gie lebih betah menulis daripada duduk manis sebagai anggota dewan. Idealismenya memang sulit dikalahkan. Penyuka lagu Donna Donna ini lebih memilih naik gunung daripada berpolitik praktis.
Gie mencintai gunung dan alam bebas. Puisi-puisinya banyak berkisah tentang kecintaannya terhadap pendakian gunung. Di puncak gunung juga akhirnya salah satu pendiri Mapala UI ini menghadap penciptanya. Di tengah kabut tebal puncak Gunung Semeru, Gie tewas tepat sehari sebelum hari ulang tahunnya yang ke-27.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar